Ayat14: Ayat 14 - 22 adalah Perenggan Makro Ketiga dan terakhir surah ini. Allah ﷻ memberitahu yang pendukung agama Allah ﷻ akan menang dan pendukung syaitan akan kalah. Dan kita juga akan belajar dalam beberapa ayat ini tentang siapakah yang termasuk dalam 'Parti Syaitan'.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID p4HpGpCfOMt5X9-svNhKSmFvLsa4o4GKKlg9fZLVZYRQEsLCNP2XyA==
\n ayat tentang berjumpa dengan allah
Apabilatelah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. ﴿10﴾ فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
DALAM BEBERAPA ayat Alquran yang membahas Hari Kebangkitan dan Hari Kiamat, terdapat redaksi liqâ’ Allah berjumpa dengan Tuhan atau liqâ’ al-rabb berjumpa dengan Rabb. Redaksi ayat ini sarat makna dan memiliki kedalaman arti, betapa pun sebagian mufasir telah menafsirkan ayat-ayat ini secara sambil lalu. Sebagian dari mufasir berpendapat bahwa maksud dari liqâ’ Allah adalah pertemuan para malaikat Allah SWT pada Hari Kiamat. Sebagian yang lain berkeyakinan bahwa maksudnya adalah perjumpaan setiap makhluk dengan perhitungan hisâb, ganjaran jazâ’, dan pahala tsawâb. Dan kelompok ketiga berpendapat bahwa maknanya adalah perjumpaan hukum dan perintah-Nya. Semua pendapat tersebut mengambil arti redaksi Al-Quran tersebut secara implisit. Sementara kita mengetahui bahwa apabila penafsiran implisit bertentangan dengan dzahir sebuah ungkapan eksplisit, sepanjang tidak ada dalil atasnya, harus kita tinggalkan. Tak syak lagi bahwa maksud dari redaksi perjumpaan liqâ’ bukanlah melihat Tuhan, karena perjumpaan indrawi hissi hanya berlaku pada benda-benda material yang terbatas dalam ruang dan waktu, berwarna, dan kualitas-kualitas lain sehingga ia mampu untuk dilihat dengan mata kepala. Dengan demikian, maksud dari perjumpaan di sini adalah syuhûd batini, perjumpaan dan pertemuan maknawi dan ruhani dengan Allah SWT, karena di Hari Kiamat, seluruh hijab akan tersingkap dan tanda-tanda kekuasaan-Nya sedemikian tampak pada hari Mahsyar dan seluruh tempat persinggahan Kiamat, bahkan orang-orang kafir akan berjumpa dengan Allah SWT melalui mata batin mereka meskipun perjumpaan ini pasti berbeda. Allamah Thabathaba’i dalam tafsir Al-Mîzân mengtaakan, “Hamba-hamba Allah SWT berada dalam keadaan tanpa hijab antara mereka dengan-Nya, karena ciri khas Hari Kiamat adalah penampakan seluruh hakikat. Demikian pada surah Al-Nur 24 25, Allah SWT berfirman, Pada hari itu mereka mengetahui bahwa sesungguhnya Allah, Dia-lah Hak Yang Nyata.’”Al-Mîzân, jld. 15, hlm. 103; jld. 10, hlm. 69. Menariknya, dalam hadis sahih disebutkan bahwa seorang datang kepada Amirul Mukminin Ali dan berkata “Aku terjatuh dalam kesangsian terhadap Alquran.” Beliau bertanya, “Mengapa?” Orang itu berkata, “Kita melihat banyak ayat Al-Quran yang menegaskan perjumpaan dengan Allah SWT di Hari Kiamat, dan di sisi lain, Dia berfirman, Mata-mata tidak mampu menjangkaunya, dan Ia menjangkau seluruh mata.’ Bagaimana ayat ini bisa dipertemukan dengan yang lainnya?” Imam Ali menjawab, “Perjumpaan di sini bukan penyaksian dengan mata, akan tetapi perjumpaan di Hari Kiamat dan bangkitnya orang-orang dari kuburan. Oleh karena itu, pahamilah bahwa seluruh liqa’ perjumpaan yang disebutkan dalam Alquran berarti kebangkitan.” Syaikh Shaduq, Al-Tauhid, hlm. 267. Sebenarnya, Imam Ali memberikan tafsir ihwal perjumpaan dengan Allah SWT bahwa penyaksian syuhûd atas Allah SWT merupakan inherensi-inherensi dari syuhûd tersebut. Benar bahwa Hari Kiamat merupakan hari tersingkapnya pelbagai hijab dan tirai, tampaknya tanda-tanda Yang Maha Hak, dan tajalli penampakan Allah kepada seluruh hati. Dan setiap orang -sesuai dengan tingkat pikirnya- dapat memahami ucapan beliau ini. Dan seperti yang telah kita katakan, bahwa syuhûd batini penyaksian batin para kekasih Allah SWT di Hari Kiamat berbeda dengan perjumpaan orang-orang biasa Tafsir Payâm-e Qur’ân, jld. 5, hlm. 44. Dalam masalah ini, Fakhru Razi dalam Al-Tafsir Al-Kabîr memberikan penjelasan yang menarik. Ia menulis, “Manusia di dunia ini, lantaran hanyut dalam urusan-urusan duniawi dan berupaya untuk mengejar kehidupan dunia, kerap melalaikan Allah. Akan tetapi pada Hari Kiamat, seluruh perhatian duniawi ini akan hilang. Manusia dengan seluruh wujudnya akan tercurah kepada Tuhan semesta alam. Dan inilah arti dari perjumpaan dengan Allah swt.” Al-Tafsir al-Kabîr, ayat terkait; Tafsir Nemûnehh, jld. 17, hlm. 359. Hal ini boleh jadi berdasarkan pengaruh takwa, ibadah, dan penyucian jiwa tahdzib al-nafs dalam kehidupan dunia ini yang dapat dijumpai pada sekelompok umat manusia. Sebagaimana dalam Nahj Al-Balaghah ditegaskan, bahwa salah seorang sahabat alim Imam Ali, Dza’lab Al-Yamani, bertanya kepada beliau, “Apakah kamu melihat Tuhanmu?” Imam menjawab, “Apakah mungkin aku menyembah Tuhan yang tidak kulihat?!” Dan ketika ingin memberikan penjelasan lebih lanjut, beliau menambahkan “Seluruh mata kepala sekali-kali tidak akan pernah menyaksikan-Nya, namun mata hatilah -dengan cahaya iman- dapat menyaksikan-Nya.” Nahj Al-Balaghah, pidato 179. Namun, penyaksian batin di Hari Kiamat berlaku untuk semua orang, karena tanda keagungan dan kekuasaan Allah SWT di hari itu sedemikian jelas sehingga setiap hati yang buta juga akan beriman penuh Tafsir Nemûneh, jld. 1, hlm. 217. Visited 719 times, 1 visits today Post Views 912
Jikamenurut konsep hulul al-Hallaj diri seseorang tidak hancur dan tidak hilang, tetap dua wujud (Tuhan dan manusia), tetapi bersatu dalam satu tubuh, menurut konsep Abu Yazid, diri seseorang hancur dan yang ada hanya diri Tuhan. Seseorang yang ingin berjumpa dengan Tuhannya dapat melakukan upaya yang disebutnya dengan mendaki ( taraqqi ).
Oleh H KarmanSetiap Muslim tentu ingin -setidaknya merasakan- bertemu dengan Allah SWT. Secara umum, orang Islam beranggapan, berjumpa dengan Allah SWT hanya bisa dilakukan melalui ibadah-ibadah ritual, seperti shalat, berdoa, berzikir, sampai pergi ke tempat-tempat suci seperti Makkah untuk berhaji dan umrah. Tentu anggapan ini tidak salah, namun tidak seratus persen benar. Melakukan ibadah ritual saja tanpa berdampak pada akhlak sosial, ibadah tersebut tidak hanya sia-sia tidak bermakna tapi juga bisa mendatangkan kecelakaan bagi pengamalnya. Shalat yang tidak melahirkan kepedulian sosial disebut dalam Alquran sebagai shalat sahun lalai dan pengamalnya digelari sebagai pendusta agama. Shalat model begini alih-alih berpahala atau dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, malah yang ada ancaman kecelakaan neraka wail. Sebagaimana firman Allah SWT, “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. Maka, celakalah bagi orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang yang berguna.” QS al-Maun 1-7.Dalam pandangan Islam, hubungan ibadah ritual dan akhlak sosial bagaikan ruh dan jasad pada diri manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, namanya bukan lagi manusia. Demikian juga hubungan ibadah ritual dengan akhlak sosial. Keduanya tidak boleh dipisahkan, tapi satu yang lain harus saling berhubungan. Shalat yang baik mesti melahirkan kesadaran zakat, infak, dan akhlak baik. Mengenai hal tersebut ditegaskan oleh Alquran, “Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat.” QS al-Baqarah 110. “.... Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.” QS al-Ankabut 45.Pandangan Islam seperti di atas menyadarkan kita bahwa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tidak hanya dapat dilakukan melalui shalat, doa, zikir, atau ibadah ritual lainnya. Tapi, dapat juga melalui pengkhidmatan pelayanan terhadap sesama manusia. Salah satu indikator kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT adalah mendapat pertolongan dari-Nya. Sabda Nabi SAW, “Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya.” HR Muslim.Bahkan, di dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa pengkhidmatan kepada sesama manusia tidak hanya dapat mendekatkan diri kepada Allah, tapi sekaligus sebagai upaya bertemu dengan Allah SWT. Ketika kita menjenguk orang sakit, memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan hakikatnya kita sedang bertemu dengan Allah SWT sebab ia berada di sisi dan di tengah-tengah mereka. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku, ia berkata Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam. Allah berfirman Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia, akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya.”“Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi-Ku? Orang itu berkata Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya.'' ''Wahai anak Adam Aku meminta minum padamu sedang engkau enggan memberi-Ku minum. Ia berkata Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah menjawab Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.” HR Muslim.Jadi, bertemu dengan Allah SWT tidak mesti melalui shalat dan zikir di tempat yang sepi saja, tapi juga dapat melalui pengkhidmatan terhadap sesama di tempat keramaian. Wallahu alam.
Danapabila mereka berjumpa denganmu, mereka berkata, "Kami beriman," dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah, "Matilah kamu karena kemarahanmu itu." Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (119) Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati.
14 Ayat Al-Quran Tentang Mengingat Allah – Mengingat Allah adalah di antara amal yang utama. Dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang, hidup akan tenteram dan nyaman dalam menjalani kehidupan. Barangsiapa yang mengingat Allah di waktu lapang maka Allah akan mengingatnya di waktu sempit. Barangsiapa yang mengingat Allah maka Allah pun akan ingat kepadanya. Sebaliknya, barangsiapa yang melupakan Allah, malas mengingat-Nya, maka Allah pun akan melupakannya. Hendaklah kita senantiasa mengingat Allah dengan memperbanyak membaca Al-Quran, berdzikir, bertasbih, dan melakukan amal sholih lainnya. Baca Juga Cara Mudah Agar Allah Mencintai Kita Pada tulisan kali ini blog Al-Quran Pedia akan membahas mengenai ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan tentang dzikrullah mengingat Allah. Simak selengkapnya di bawah ini. 1 Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Adz-Dzaariyaat 49 2 Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab Al-Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Al-Ankabuut 45 3 Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Al-Ahzaab 41 4 Dan apahila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. Mereka mengatakan "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?", padahal mereka adaIah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah. Al-Anbiyaa’ 36 5 Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. Al-Hadiid 16 6 Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Al-Jumu’ah 9 7 Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu. Al-Maa’idah 91 8 Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi. Al-Mujaadilah 19 9 Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Al-Munaafiquun 9 10 yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ali Imran 191 11 yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Ar-Ra’d 28 12 Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya sama dengan orang yang membatu hatinya? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al-Quran yang serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. Az-Zumar 22-23 13 Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Thaahaa 14 14 Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku. Al-Baqarah 152 Itulah berbagai ayat Al-Quran yang membicarakan tentang mengingat Allah Jalla Jalaluh. Semoga tulisan ini menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Baca Juga Mereka Akan Dibangkitkan Seperti Orang Gila Semoga bermanfaat. Diselesaikan pada 29 Muharram 1440 Hijriyah/9 Oktober 2018 Masehi.
AllahTa'ala berfirman (yang artinya), "Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.
وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ Arab-Latin Wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma'akum innamā naḥnu mustahzi`ụnArtinya Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". Al-Baqarah 13 ✵ Al-Baqarah 15 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangPelajaran Menarik Terkait Surat Al-Baqarah Ayat 14 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Baqarah Ayat 14 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada sekumpulan pelajaran menarik dari ayat ini. Didapati sekumpulan penjabaran dari para ulama terhadap makna surat Al-Baqarah ayat 14, sebagiannya seperti termaktub📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaOrang-orang munafik tersebut apabila bertemu dengan kaum Mukminin mereka berkata “kami membenarkan agama Islam seperti kalian”. akan tetapi jika mereka berpaling dan Pergi mendatangi para pemuka mereka yang kafir lagi membangkang terhadap Allah, mereka menegaskan di hadapan para tokoh itu bahwa mereka Tetaplah di atas kekafiran yang dulu dan tidak meninggalkannya, sesungguhnya mereka sekedar mengolok-olok kaum mukminin dan mengejek mereka.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram14. Apabila mereka berjumpa dengan orang-orang mukmin, mereka berkata, “Kami percaya dengan apa yang kalian imani.” Mereka mengatakan hal itu karena takut kepada orang-orang mukmin. Dan apabila mereka berpisah dengan orang-orang mukmin dan berjumpa dengan para pemimpin mereka secara tertutup, mereka menegaskan akan tetap patuh kepada mereka para pemimpin kafir. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami tetap bersama kalian dan sejalan dengan kalian, tetapi kami sengaja menunjukkan sikap setuju dengan orang-orang yang mukmin semata-mata untuk mengejek dan mengolok-olok mereka.”📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah14. Setelah Allah menjelaskan dalam ayat-ayat ini kemunafikan mereka dan sebabnya, serta keadaan mereka saat diseru kepada kebenaran, kemudian Allah menjelaskan ciri-ciri mereka dari sisi perkataan mereka yang menipu dengan berfirman وإذا لقوا Yakni orang-orang munafik jika berkumpul dengan orang-orang beriman maka mereka akan menampakkan keimanan; namun jika mereka berkumpul dengan para pemimpin kafir maka mereka menyatakan kekafiran, dan apa yang mereka katakan kepada orang-orang beriman hanyalah olok-olok semata. Adapun perkataan mereka إنا معكم dengan kalimat penegasan adalah karena kemahiran mereka dalam berbuat nifak saat bertemu kaum muslimin yang menimbulkan keraguan dan sangkaan para pemimpin orang-orang kafir akan keteguhan kaum munafik itu dalam kekafiran. Oleh sebab itu mereka butuh penegasan bahwa mereka tetap teguh dalam kekafiran. Demikian pula penegasan yang ada dalam kalimat إنما نحن مستهزؤون.Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah14. وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan para pemimpin mereka Yakni pemimpin-pemimpin mereka dalam kekufuran yang senantiasa merencanakan keburukan. قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙ mereka berkata, Sesungguhnya kami bersama kamu Yakni senantiasa dalam kekufuran. اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ kami hanya berolok-olok Yakni kepada orang-orang mukmin dengan mengaku sehati dengan mereka, padahal hati kami sama sekali tidak condong kepada mereka.📚 Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi ArabiaPerhatikanlah bagaimana mereka mengatakan { اِنَّا مَعَكُمْ } "sesungguhnya kami bersama kalian wahai orang beriman" , padahal kenyataannya adalah menyalahi hal itu, karena orang-orang beriman meragukan keimanan dalam diri para munafiqin, sedangkan kaum mereka tidak meragukan dan tidak mempermasalahkan tetapnya mereka diatas agama; karena tatkala kemunafikan mereka muncul ketika bertemu dengan para mukminin yang akhirnya menjadi sebab keraguan para pembesar-pembesar agama mereka tentang tetapnya para munafik ini diatas kekafiran, mereka butuh kepada sesuatu yang meyakinkan bahwa para munafik itu sebenarnya tetap diatas agama mereka.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri SuriahKetika mereka bertemu orang-orang mukmin, mereka menampakkan keimanan mereka, dan ketika kembali kepada pemimpin-pemimpin kafir mereka, mereka berkata kami adalah orang-orang yang tetap ingkar dan memperolok orang-orang muslim dengan berpura-pura sepakat dengan merekaMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam MadinahApabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka berlalu} mereka berbalik {kepada setan-setan mereka} para pemimpin mereka {mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kalian, kami hanyalah orang yang suka mengolok-olok”📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H14. Inilah yang biasa keluar dari lisan-lisan mereka yang bukan dari hati mereka, yaitu bahwasanya mereka ini bila berkumpul dengan kaum Mukminin, maka mereka menampakkan bahwa mereka dalam satu manhaj dengan kaum Mukminin dan bahwa mereka sama dengan kaum Mukminin, namun bila mereka kembali kepada setan-setan mereka –yaitu pemimpin-pemimpin dan ketua-ketua kejahatan mereka-, maka mereka berkata, “sesungguhnya pada hakikatnya kami ini bersama kalian, kami hanya mengolok-olok kaum Mukminin dengan menampakkan kepada mereka bahwa kami berada di atas jalan mereka. “Inilah kondisi mereka secara lahir dan batin, dan tidaklah makar yang buruk itu kecuali akan menimpa pelakunya.📚 Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid NabawiMakna kata لَقُواْ al-Mulaaqaah berarti bertemu secara tatap muka ءَامَنُواْ Aamanuu Iman secara syar’i adalah meyakini tentang Allah dari semua yang diberitakan oleh Rasulullah g dari Allah. Orang yang meyakininya dinamakan orang mukmin yang sejati. خَلَوۡاْ al-Khuluwwu bisyai’i artinya adalah berpaling darinya شَيَٰطِينِهِمۡ asy-Syaithoon maknanya adalah segala sesuatu yang jauh dari kebaikan, dekat kepada keburukan. Berbuat kerusakan dan tidak melakukan perbaikan, baik itu manusia ataupun. Adapun yang dimaksud di sini adalah para pembesarnya dalam melakukan keburukan dan kerusakan. مُسۡتَهۡزِءُونَ al-istihzaa’u meremehkan dan merendahkan orang lain. Makna ayat Ayat-ayat di atas masih saja membicarakan tentang kaum munafik dan sifat-sifatnya. Allah mengabarkan pada ayat 14 bahwa mereka disebabkan nifaq dan kebusukan dalam hatinya jika bertemu orang mukmin di suatu tempat, akan memberi tahukan bawha mereka beriman kepada Allah, rasulNya, dan syariatNya. Namun, apabila berkumpul dengan pembesar-pembesar kesesatan mereka mengejek apa yang dikatakan tentang keimanan dan berkata,”Kami bersama kalian di atas agama kalian, dan kami tidak akan beriman selamanya. Adapun kami menampakkan keimanan hanya sebagai ejekan bagi Muhammad dan sahabat-sahabatnya.” Pelajaran dari ayat Pemberitahuan tentang orang-orang munafik dan peringatan dari kelakuan mereka yang memiliki dua wajah, bertemu dengan orang ini dengan wajah baik, dan bertemu orang lain dengan wajah buruknya. Dalam hadits disebutkan,”Orang yang paling buruk di antara kalian adalah bermuka dua.”Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-SyawiSurat Al-Baqarah ayat 14 Allah mengabarkan bahwasanya orang-orang munafik jika mereka berkata kepada orang-orang yang beriman ketika mereka berbaur dengan orang-orang yang beriman maka mereka akan menampakan keimanan mereka ; maka jika mereka kembali kepada para pembesar pembesar mereka yang kafir mereka berkata kami bersama kalian secara keyakinan dan agama , karena takut kepada orang-orang yang beriman dan hanya memperolok mereka.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, orang-orang munafik. Maksudnya, pemimpin-pemimpin mereka yang kafir.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Baqarah Ayat 14Dan apabila mereka, orang-orang munafik, berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, kami telah beriman seperti yang kalian yakini tentang kebenaran rasul dan dakwahnya. Mereka menyatakan beriman secara lisan untuk melindungi diri dan meraih keuntungan material. Tetapi apabila mereka kembali kepada teman-teman dan para pemimpin mereka yang menyerupai setan-setan dalam perilaku mereka yang selalu berbuat kerusakan dan kejahatan, mereka berkata, sesungguhnya kami tidak berubah dan tetap bersama kamu di satu jalan dan satu perbuatan, kami hanya berolok-olok ketika kami mengatakan beriman di hadapan orang-orang mukmin. Sebagai balasan atas perbuatan mereka itu, Allah akan memperlakukan mereka seperti orang yang memperolok-olokkan dan merendahkan mereka, dan membiarkan mereka dengan menangguhkan siksa-Nya beberapa saat sehingga mereka semakin jauh terombang-ambing dalam kesesatan dan semakin buta dari kebenaran, sampai akhirnya datang saat yang tepat untuk menyiksa mereka, seperti yang akan dijelaskan pada surah a'li imra'n/3 dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangItulah aneka ragam penafsiran dari banyak ulama terhadap kandungan dan arti surat Al-Baqarah ayat 14 arab-latin dan artinya, semoga membawa faidah untuk ummat. Dukung dakwah kami dengan mencantumkan link ke halaman ini atau ke halaman depan Halaman Banyak Dilihat Ada banyak konten yang banyak dilihat, seperti surat/ayat Al-Fajr, Al-Adiyat, Luqman 14, Al-An’am, Al-Baqarah 185, Al-Maidah. Serta Al-Balad, Al-Insyirah 5-6, Al-Baqarah 153, Juz al-Qur’an, Ar-Ra’d 11, Ali Imran 190-191. Al-FajrAl-AdiyatLuqman 14Al-An’amAl-Baqarah 185Al-MaidahAl-BaladAl-Insyirah 5-6Al-Baqarah 153Juz al-Qur’anAr-Ra’d 11Ali Imran 190-191 Pencarian surah al baqarah ayat 143, surat ke 11 dalam al quran, surat annisa ayat 3, quran surat al imran ayat 190-191, surat al kahfirun Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
ImamAli a.s. menjawab, "Perjumpaan di sini bukan penyaksian dengan mata, akan tetapi perjumpaan di Hari Kiamat dan bangkitnya orang-orang dari kuburan. Oleh karena itu, pahamilah bahwa seluruh liqa' (perjumpaan) yang disebutkan dalam Alquran berarti kebangkitan." (Syaikh Shaduq, Al-Tauhid, hlm. 267). Pertanyaan Di manakah Allah? Bisakah kita bertemu dengan Allah pada hari hisab? Teks Jawaban Alhamdulillah., segala puji bagi Allah. Dalil-dalil syariat dari kitab dan sunnah Nabi telah menunjukkan bahwa Allah Subhana wa Ta'ala berada di atas langit-Nya, bersemayam di atas Arsy-Nya dengan cara bersemayam yang layak bagi kemuliaan dan keagungan-Nya, sebagaimana Allah berfirman "Allah yang Rahman, Istiwa bersemayam di atas Arsy." Untuk lebih rinci lihat lagi pertanyaan no. 992. Adapun tentang pertemuan dan melihat Allah, maka pertemuan dengan Allah akan terjadi setelah mati pada hari kiamat. Demikian pula dengan melihat-Nya tidak akan terjadi, kecuali pada hari kiamat. Adapun pertemuan dengan Allah yang terjadi setelah mati, maka hal ini diterangkan dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari Bab siapa yang mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dari Ubadah bin Shamit dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam, beliau berkata "Barangsiapa yang mencintai pertemuan dengan Allah, Allah pun mencintai pertemua dengannya, dan barangsiapa yang membenci pertemuan dengan Allah, Allah pun membenci pertemuan dengannya." Maka berkatalah Aisyah atau salah seorang istrinya "Kita semua membenci kematian." Beliau menjawab "Bukan begitu, akan tetapi seorang mukmin apabila akan didatangi oleh kematian, dia akan digembirakan dengan keridhaan Allah dan kemulian-Nya, maka tidak ada sesuatupun yang lebih dia cintai daripada masa depannya, lalu dia pun mencintai pertemuan dengan Allah dan Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Adapun orang kafir apabila dia akan didatangi kematian, dia diberi kabar tentang adzab Allah dan siksanya, maka tidak ada yang lebih dia benci dibandingkan masa depannya, maka dia pun membenci pertemuan dengan Allah dan Allah pun membenci pertemuan dengannya." HR. Bukhari 6026 Sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam "Maka tidak ada sesuatupun yang lebih dicintai daripada masa depannya," maksudnya masa depan setelah mati. Imam Muslim dan An-Nasa'i telah mengeluarkan hadits dari jalan Syuraih bin Hani', dia berkata "Maka aku mendatangi Aisyah, lalu aku berkata aku mendengar sebuah hadits, bila hal itu benar, maka binasalah kita, lalu dia menyebutkan dengan berkata "Tak ada seorangpun dari kita, kecuali pasti membenci kematian," maka berkatalah Aisyah "Hadits ini maksudnya bukanlah seperti yang kamu fahami, tetapi maksudnya bila mata sudah terbelalak, dada sudah tersengal, dan kulit sudah merinding, hal-hal tersebut terjadi ketika sekarat." Al-Khathabi berkata "Bertemu punya beberapa arti. Di antaranya melihat, atau bangkit, seperti firman Allah, "Orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah." Makna lainnya adalah 'kematian', seperti firman Allah, "Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka waktu pertemuan Allah itu pasti datang." Dan firman-Nya "Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, pasti akan menemuimu." Dan pertemuan dengan Allah dalam hadits tersebut bukanlah kematian, berdasarkan dalil hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam dalam riwayat lain, "Mati bukanlah pertemuan dengan Allah." Akan tetapi karena kematian merupakan jalan menuju pertemuan dengan Allah, maka mati sering diungkapkan "bertemu dengan Allah." Berkata Imam Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, "Maksud hadits ini bukanlah membenci kematian dengan kedahsyatannya, karena hal tersebut hampir-hampir dirasakan oleh semua orang, akan tetapi yang tercela dari hal itu adalah mengutamakan dunia dan cenderung kepadanya serta membenci berpindah menuju Allah dan negeri akhirat." Beliau berkata lagi "Di antara hal yang menjelaskan tersebut adalah bahwa Allah Ta'ala mencela satu kaum yang mencintai dunia . Allah berfirman "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, dan ridha dengan kehidupan dunia dan merasa tenang dengan dunia" An-Nawawi berkata "Makna hadits ini adalah bahwa cinta dan benci menurut syari'at adalah yang teralami pada waktu sekarat pada saat tidak diterima lagi taubat, ketika dibuka dan ditampakkan bagi orang yang sekarat apa-apa yang akan dialaminya. Di dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa membenci kematian pada waktu sehat harus dirinci. Maka barangsiapa yang membenci kematian karena lebih mengutamakan kehidupan dibanding memperhatikan nasib setelah mati berupa kenikmatan akhirat maka dia tercela. Dan barangsiapa yang membenci kematian karena takut mendapat siksa karena merasa amalnya kurang dan belum mempersiapkan bekal untuk itu, dalam arti belum menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa, belum melaksanakan perintah Allah sebagaimana yang diwajibkan, maka orang seperti ini ma'dzur dimaafkan, tetapi bagi orang seperti ini harus segera menyiapkan bekal sehingga ketika kematian mendatanginya, dia tidak membenci kematian itu, bahkan mencintainya karena mengharapkan pertemuan dengan Allah setelah itu. Di dalam hadits ini kita tahu bahwa Allah Ta'ala tidak akan terlihat oleh seorang pun dari kalangan orang-orang yang masih hidup. Hal itu melihat Allah hanya akan teralami oleh orang mukmin setelah mati, berdasarkan sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam "Kematian itu bukan pertemuan dengan Allah." Adalagi hadits yang lebih jelas dari hal ini, yaitu di dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Usamah secara marfu' dalam hadits yang panjang. Di dalamnya dikatakan "Ketahuilah, bahwa kalian tidak akan melihat Rabb kalian Allah sampai kalian mati." Adapun bertemu dan melihat Allah pada hari kimat, maka hal didasarkan pada banyak dalil. Di antaranya firman Allah Ta'ala "Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, karena mereka melihat kepada Rabb mereka." Al-Qiyamah 22-23 Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa manusia berkata "Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Beliau menjawab "Apakah kalian berdesak-desakan ketika melihat bulan pada malam purnama di saat tidak ada awan di bawahnya?" Mereka menjawab "Tidak, ya Rasulullah?" Beliau berkata "Apakah kalian pun berdesak-desakan ketika melihat matahari di saat tidak ada awan?" Mereka menjawab "Tidak." Beliau berkata "Maka sesungguhnya kalian akan melihat-Nya seperti itu." HR. Bukhari 764. Kita mohon kepada Allah agar Dia menemui kita dalam keadaan Dia ridha kepada kita dan semoga shalawat tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam.

Ayatayat dari buku allah tentang kemunafikan dan penipuan Diatur menurut urutan turunnya Surat-surat dan disertai dengan penjelasan sederhana, serta. Senin, Agustus 1 2022 Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: 'Kami telah beriman'. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka

Kamis, 24 Zulqaidah 1444 H / 10 Mei 2012 1250 wib views Oleh Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala piji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Setiap mukmin wajib cinta kepada Tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia juga wajib mengharapkan kecintaan dari-Nya. dan ini yang lebih penting. Dia juga wajib yakin, hari perjumpaan dengan-Nya pasti adanya. Yakni saat Allah memberikan balasan dari amal-amal perbuatan hamba-Nya sesudah mereka dibangkitkan dari kuburnya. Karenanya, ia senantiasa menyiapkan segala sesuatunya untuk perjumpaan tersebut. فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." QS. Al-Kahfi 110 Maksudnya Siapa yang berharap pahala dari Allah dan balasan baik saat berjumpa dengan Allah Ta'ala di akhriat, maka hendaknya ia beramal yang shalih, yaitu amal yang sesuai dengan syariat Allah. Syaratnya lagi, dalam beramal shalih tersebut ia hanya berharap wajah Allah Ta'ala semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Keduanya ini, menurut Ibnu Katsir, adalah rukun amal yang diterima. Amal tersebut haruslah ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas. . . . Rukun amal yang diterima Amal tersebut haruslah ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ibnu Katsir Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ "Siapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. dan siapa yang benci dengan Allah maka Allah benci berjumpa dengannya." HR. Al-Bukhari dan Muslim Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Seorang mukmin meyakini apa yang Allah janjikan di surga bagi hamba-hamba-Nya yang beriman berupa ganjaran yang besar serta karunia yang luas, maka iapun mencintai hal ini, dan jadilah dunia terasa ringan baginya dan ia tidak perduli kepada dunia karena ia akan berpindah kepada surga yang lebih baik dari dunia. Tatkala itu iapun rindu bertemu dengan Allah, terutama tatkala datang ajal, iapun diberi kabar gembira dengan keridhaan dan rahmat Allah, iapun rindu berjumpa dengan Allah." Syarah Riyaad Al-Shalihin Maka diantara doa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ "Dan aku memohon kepadaMu keledzatan memandang wajahMu, dan kerinduan untuk berjumpa denganMu." HR An-Nasaai, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Namun sebaliknya, orang yang lalai dari akhirat dan tidak berharap pahala Allah saat perjumpaan dengan-Nya, ia disibukan dengan dunia dan puas dengannya, maka Allah juga tidak suka berjumpa dengannya, tidak sudi memberikan ampunan dan rahmat kepadanya. Allah Ta'ala menerangkan orang-orang semacam ini dalam firman-Nya, إِنَّ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan tidak percaya akan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan." QS. Yunus 7 Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Firman Allah Ta'ala ini mengabarkan tentang keadaan orang-orang celaka, yaitu mereka yang kufur ingkar terhadap perjumpaan dengan Allah pada hari kiamat. Tidak berharap apapun dalam perjumpaan itu. Mereka puas dengan kehidupan dunia ini dan jiwa mereka merasa tentram terhadapnya." Mereka itu adalah orang-orang yang tidak berharap perjumpaan dengan Allah, bahkan berpaling darinya dan boleh jadi sampai mendustakannya. Mereka puas dengan dunia sebagai ganti dari akhirat. Cenderung kepada dunia dan menjadikannya sebagai tujuan hidupnya dan puncak dari cita-citanya. Mereka mengusahakan apa saja untuk memperolehnya dan mati-matian untuk merengguh kenikmatan dan kesenangannya dengan cara apapun. Mereka curahkan segala obsesi, niat, pikiran dan tenaga untuknya. Seolah-olah mereka diciptakan untuk kekal di dalamnya. Seolah-olah dunia bukan tempat berlalu yang dijadikan tempat berbekal oleh para pemudik kepada negeri kekekalan. diringkaskan dari Tafsir Taisir al-Karim al-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'diy . . . orang yang lalai dari akhirat dan tidak berharap pahala Allah saat perjumpaan dengan-Nya, ia disibukan dengan dunia dan puas dengannya, maka Allah juga tidak suka berjumpa dengannya, tidak sudi memberikan ampunan dan rahmat kepadanya. . . Nasib masing-masing golongan tersebut sudah dapat dirasakan saat mereka menghadapi kematian. Orang-orang beriman yang yakin dan berharap perjumpaan dengan Allah akan menghadapi kematian dengan kebahagiaan karena mendapat kabar gembira dengan rahmat, keridhaan, kemuliaan, dan surga Allah sesudah kematian. Sebaliknya, orang-orang kafir terhadap hari perjumpaan tersebut akan mendapat kabar buruk dengan murka dan siksa Allah yang dahsyat sehingga ia sangat benci dengan kematian karena mengetahui apa yang akan diperolehnya sesudah kematian. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ "Siapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. Dan siapa yang benci dengan Allah maka Allah benci berjumpa dengannya." Kemudian Aisyah menuturkan "Aku bertanya Wahai Nabi Allah, apakah itu maksudnya juga benci kematian, padahal setiap kita membenci kematian? Lalu beliau menjawab, "Bukan seperti itu maksudnya. Tetapi seorang mukmin apabila menghadapi kematian ia diberi kebar gembira dengan rahmat Allah, keridhaan, dan surga-Nya sehingga ia suka berjumpa dengan Allah lalu Allah suka berjumpa dengannya. Dan sesungguhnya orang kafir apabila menghadapi kematian ia diberi kebar gembira dengan siksa Allah dan kemurkaan-Nya maka Allah ia benci berjumpa dengan allah dan Allah pun benci berjumpa dengannya"." HR. Al-Bukhari dan Muslim Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat menghadapi kematian mengatakan, "Ya Allah aku memilih teman tertinggi." Menurut penuturan Aisyah, saat itu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sedang diberi pilihan antara tetap hidup di dunia atau meninggal dan berjumpa dengan Allah. Kemudian beliau memilih kematian karena mengutamakan akhirat daripada dunia. Lalu Al-Hafid Ibnul Hajar mengomentari, "Maka selayaknya meniru beliau dalam hal itu." Yakni menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup dan lebih mengutamakannya atas dunia. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/ Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita! +Pasang iklan Gamis Syari Murah Terbaru Original FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai. Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas? Di sini Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan > jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub 0857-1024-0471 Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller NABAWI HERBA Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon 60%. Pembelian bisa campur produk > jenis produk.
  • Οлеյոг ሐζիգощу
    • Рεсይνοժοኀа ևሳιфеዧазጆ աпխжо ւևгሟρошու
    • Овреρусвеф жυскε
    • ዝ твамዚстεфዊ бо
  • Δ аζι ኄдиպепсιጎи
kyOd.
  • th7pia3tqi.pages.dev/393
  • th7pia3tqi.pages.dev/142
  • th7pia3tqi.pages.dev/93
  • th7pia3tqi.pages.dev/53
  • th7pia3tqi.pages.dev/30
  • th7pia3tqi.pages.dev/258
  • th7pia3tqi.pages.dev/203
  • th7pia3tqi.pages.dev/339
  • th7pia3tqi.pages.dev/233
  • ayat tentang berjumpa dengan allah